Kamis, 14 Maret 2013

PRAKTIKUM SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

A. Pendahuluan
          1. Latar Belakang
Sehari-hari kita pasti melihat berbagai jenis larutan baik larutan homogen maupun larutan heterogen. Larutan merupakan sistem homogen yang terdiri atas dua atau lebih zat, terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Pada larutan gula, jumlah gula sebagai zat terlarut lebih sedikit daripada jumlah air sebagai pelarut. Kelarutan zat terlarut dalam pelarut pada sistem stabil adalah jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu. Banyaknya zat terlarut dalam  dalam pelarut dengan volume tertentu disebut konsentrasi.
Berdasarkan sifat listriknya larutan, zat yang laryt dalam dalam air digolongkan dalam dua kelompok besr yaitu zat elektrolit dan zat nonelektrolit. Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik, misalnya larutan garam. Sedangkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkam listrik, misalnya larutan gula.
                         Seperti yang dikemukakan diatas bahwa sifat koligatif larutan bergantung dari banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Atas dasar itulah sifat koligatif dibedakan menjadi dua macam, yaitu sifat koligatif elektrolit dan sifat koligatif nonelektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut pada larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai  menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion.
               Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan digunakan istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).

    2. Tujuan Praktikum
Praktikum Sifat Koligatif Larutan ini bertujuan untuk menentukan perubahan titik didih larutan dan menentukan BM zat non volatile.
    3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Sifat Koligatif Larutan ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 20 November 2012 pada pukul 07.00 – 10.00 WIB di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.





















B. Tinjauan Pustaka
Dalam penentuan Tf dan Tb, suhu harus mengalami perubahan (suhu tidak konstan) oleh karena itu dipakai satuan konsentrasi molal yang tidak bergantung pada suhu. Satuan konsentrasi molar tidak cocok dipakai karena perubuhan suhu akan mempengaruhi keadaan volume. Harga ∆Kf dan ∆Kb merupakan tetapan yang hanya bergantung pada jenis pelarut, setiap pelarut memiliki harga ∆Kf dan ∆Kb msing-masing diperoleh dari hasil suatu eksperimen yaitu dengan cara mengukur Tf dan Tb dari larutan tersebut tetap; molal dalam pelarut yang bersangkutan diatas (Achmad, 2001).
Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA = XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut
    (Syukri, 1999).
Titik didih normal cairan murni atau larutan ialah suhu pada saat tekanan uap mencapai 1 atm. Karena zat terlarut menurunkan tekanan uap, maka suhu larutan harus dinaikkan agar ia mendidih. Artinya, titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni. Gejala ini disebut sebagai peningkatan titik didih merupakan metode alternative untuk menaikkan massa molar (Oxtoby, 2001).
Pada setiap suhu, suatu larutan memilki tekanan yang lebih rendah dari pada pelarut murninya. Akibatnya pada diagram hubungan antara tekanan dan suhu terlihat jelas jika bahan titik didih larutan selalu tinggi serta titik beku larutan selalu rendah jika dibandingkan dengan titik beku pelrut murninya. Air murni pada tekanan 1 atm memiliki titik beku 0oC. Jika dalam air kita larutkan zat, maka titik beku larutannya akan lebih rendah dan titik didihnya akan lebih tinggi dari 100oC. Besarnya penurunan titik beku (∆Tf) dan kenaikan titk didih (∆Tb) hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat tersebut . Makin banyak partikel zat terlarut maka makin besar pula Tf dan Tb (Anshory. 1999).

C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
          1. Alat
              a. Elenmeyer
              b. Penjepit
              c. Waterbath
              d. Termometer
              e. Pengaduk
              f. Timbangan
          2. Bahan
         a. Urea
         b. Aquades
         3. Cara Kerja
             a. Menimbang 5 gr urea dengan menggunakan timbangan.
             b. Mengambil 2 elenmeyer.
             c. Mengisi elenmeyer pertama dengan air.
d. Mengisi elenmeyer kedua  dengan urea yang ditambah dengan 75 ml aquades dan aduk.
             e. Ukur suhu awal keduannya sebelum dipanaskan.
  f. Panaskan keduanya dan ukur perubahan suhu setiap 5 menit selama 30 menit.
             g. Meentukan titik didihnya dan BM ureanya.










D. Hasil dan AnalisisPengamatan
           1. Hasil Pengamatan
         a.Tabel 1.1 Kenaikan Titik Didih Pelarut dan Titik Didih Larutan
Waktu (menit)
Titik didih urea (OC)
Titik didih aquades (OC)
0
27
27
5
63
62
10
67
64
15
68
65
        Sumber  :  LaporanSementara
b.Tabel 1.2 perbandingan antara urea dan aquades setelah di panaskan selama 15 menit
Menit
Perbandingan Tidik Didih(OC)
Urea
Aquades
0
Tetap yaitu 27 OC
Tetap yaitu 27OC
5
Naik Menjadi 63OC
Juga naik menjadi 62OC
10
Naik dari 63OC Menjadi 67OC
Juga naik menjadi 64OC
15
Naik menjadi 68 OC
Naik menjadi 65OC

    2.Analisis Pengamatan
       Diketahui : gr CO(= 5gram , Mr = 60 , kb= 0,52
       Ditanya     :  a).Λ Tb
                           b).BM
        Jawab        : a. Λ Tb        =  Tb larutan – Tb pelarut
                                                =  68 OC - 65 OC
                                                =  3 OC

              b. BM            = (gr borax. 1000)/(gr air.ʌtb) kb
                                    =  (5. 1000)/(25.3).0,52
                                    =  (5000/75).0,52
                                    =  34,7 gram





E. Pembahasan dan Kesimpulan
          1. Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarutdalam larutan. Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri. Larutan sendiri adalah campuran homogen yang terdiri atas dua komponen, yaitu zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Pada larutan urea ,jumlah urea sebagai zat terlarut lebih sedikit dari pada jumlah aquades sebagai pelarut. 
Sifat koligatif merupakan beberapa sifat fisis larutan yang bergantung pada jumlah patikel zat terlarut, tetapi tidak tergantung pada jenis zat terlarut tersebut. Kata koligatif berasal dari bahasa latin Colligare yang berarti berkumpul bersama, hal ini dikarenakan sifat koligatif bergantung pada pengaruh kebersamaan (kolektif), semua partikel dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Suatu zat apapun, jika melarut dengan memberikan jumlah partikel yang sama, maka larutannya akan memperlihatkan sifat koligatif yang sama. Bila zat non elektrolit, dimasukkan kedalam pelarut murni, maka akan merubah sifat-sifat larutan tersebut
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1atmosfer. Pada umumnya titik didih larutan lebih besar dari pada titik didih pelarut. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (ΔTb).
Zat volatile dimasukkan zat lain maka tekanan uap pelarut menjadi lebih kecil. Karena jika dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang tidak mudah menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, sedangkan sebagian lainnya dihalangi oleh zat terlarut.

2. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
a.       Suhu dan waktu dalam memanaskan larutan menentukan kenaikan titik suatu larutan.
b.      Pada waktu 0 menit , saat larutan (urea) dan pelarut (aquades) sama-sama menunjukkan suhu 27OC..
c.       Dalam waktu 15 menittitik didih larutan maupun pelarut diamati tiap 5 menitnya dan hasilnya selalu mengalami kenaikan yang signifikan.
d.      Dari menit ke 5-10 menunjukkan bahwa titik didih larutan (urea) sedikit lebih tinggi di bandingkan titik didih pelarut (aquades).
e.       Kenaikan titik didih larutan (urea) disebabkan oleh penurunan tekanan uap pelarut (aquades)
f.       Kenaikan titik didih larutan (urea) adalah 0,4136OC
g.      Sedangkan massa rumus zat pelarut (BM urea ) adalah  gram

















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998. www.chem.csustan.edu/chem/1102/rxent,htm.
Chang, Raymond. 1998. Chemistry Fifth Edition. New York. McGraw-Hill.
Oxtoby, David. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta. Erlangga.
Petrucci, H. 1997. Kimia Dasar, Prinsip, dan Terapan Modern. Jakarta. Erlangga.
Prautami, S. 1998. Kimia. Surakarta. Media Utama.
Sastrohamidjojo, 2001. Ilmu Kimia analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.
Syukri, 1999. Kimia Untuk Universitas. Gramedia. Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar