SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Sehari-hari kita pasti melihat berbagai jenis larutan baik larutan
homogen maupun larutan heterogen. Larutan merupakan sistem homogen yang terdiri
atas dua atau lebih zat, terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Pada larutan gula, jumlah gula sebagai zat
terlarut lebih sedikit daripada jumlah air sebagai pelarut. Kelarutan zat
terlarut dalam pelarut pada sistem stabil adalah jumlah maksimum zat terlarut
yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu. Banyaknya zat
terlarut dalam dalam pelarut dengan
volume tertentu disebut konsentrasi.
Berdasarkan sifat listriknya larutan, zat yang laryt dalam dalam air
digolongkan dalam dua kelompok besr yaitu zat elektrolit dan zat nonelektrolit.
Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik, misalnya larutan garam.
Sedangkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkam listrik, misalnya
larutan gula.
Seperti
yang dikemukakan diatas bahwa sifat koligatif larutan bergantung dari banyaknya
partikel zat terlarut dalam larutan. Atas dasar itulah sifat koligatif
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sifat koligatif elektrolit dan sifat
koligatif nonelektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut pada larutan
elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai
menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit
jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion.
Untuk menyatakan
banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan digunakan istilah konsentrasi. Konsentrasi
larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di
dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah
zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal,
dan bagian
per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif,
komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau
pekat (berkonsentrasi tinggi).
2. Tujuan Praktikum
Praktikum
Sifat Koligatif Larutan ini bertujuan untuk menentukan perubahan titik
didih larutan dan menentukan BM zat non volatile.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Sifat Koligatif Larutan ini dilaksanakan
pada hari selasa tanggal 20 November 2012 pada pukul 07.00 – 10.00 WIB di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Dalam penentuan Tf dan Tb, suhu harus mengalami
perubahan (suhu tidak konstan) oleh karena itu dipakai satuan konsentrasi molal
yang tidak bergantung pada suhu. Satuan konsentrasi molar tidak cocok dipakai
karena perubuhan suhu akan mempengaruhi keadaan volume. Harga ∆Kf dan ∆Kb
merupakan tetapan yang hanya bergantung pada jenis pelarut, setiap pelarut
memiliki harga ∆Kf dan ∆Kb msing-masing diperoleh dari hasil suatu eksperimen
yaitu dengan cara mengukur Tf dan Tb dari larutan tersebut tetap; molal dalam
pelarut yang bersangkutan diatas (Achmad, 2001).
Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan
dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut
dalam larutan PA = XA . PAo. Dari
hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap
pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus
dengan fraksi mol zat terlarut
(Syukri, 1999).
Titik didih normal cairan murni atau larutan ialah
suhu pada saat tekanan uap mencapai 1 atm. Karena zat terlarut menurunkan
tekanan uap, maka suhu larutan harus dinaikkan agar ia mendidih. Artinya, titik
didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni. Gejala ini
disebut sebagai peningkatan titik didih merupakan metode alternative untuk
menaikkan massa molar (Oxtoby, 2001).
Pada setiap suhu, suatu larutan
memilki tekanan yang lebih rendah dari pada pelarut murninya. Akibatnya pada
diagram hubungan antara tekanan dan suhu terlihat jelas jika bahan titik didih
larutan selalu tinggi serta titik beku larutan selalu rendah jika dibandingkan
dengan titik beku pelrut murninya. Air murni pada tekanan 1 atm memiliki titik
beku 0oC. Jika dalam air kita larutkan zat, maka titik beku
larutannya akan lebih rendah dan titik didihnya akan lebih tinggi dari 100oC.
Besarnya penurunan titik beku (∆Tf) dan kenaikan titk didih (∆Tb) hanya
ditentukan oleh jumlah partikel zat tersebut . Makin banyak partikel zat
terlarut maka makin besar pula Tf dan Tb (Anshory. 1999).
C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
a. Elenmeyer
b. Penjepit
c. Waterbath
d. Termometer
e. Pengaduk
f. Timbangan
2. Bahan
a. Urea
b. Aquades
3. Cara Kerja
a. Menimbang 5 gr urea dengan menggunakan timbangan.
b. Mengambil 2 elenmeyer.
c. Mengisi elenmeyer pertama dengan
air.
d. Mengisi
elenmeyer kedua dengan urea yang
ditambah dengan 75 ml aquades dan
aduk.
e. Ukur suhu awal keduannya sebelum dipanaskan.
f. Panaskan
keduanya dan ukur perubahan suhu setiap 5 menit selama 30 menit.
g. Meentukan titik
didihnya dan BM ureanya.
D. Hasil dan AnalisisPengamatan
1. Hasil Pengamatan
a.Tabel 1.1 Kenaikan Titik Didih Pelarut dan Titik Didih Larutan
Waktu (menit)
|
Titik didih urea (OC)
|
Titik didih aquades (OC)
|
0
|
27
|
27
|
5
|
63
|
62
|
10
|
67
|
64
|
15
|
68
|
65
|
Sumber
: LaporanSementara
b.Tabel 1.2 perbandingan antara urea dan aquades setelah di panaskan selama 15 menit
Menit
|
Perbandingan Tidik Didih(OC)
|
|
Urea
|
Aquades
|
|
0
|
Tetap yaitu 27 OC
|
Tetap yaitu 27OC
|
5
|
Naik Menjadi 63OC
|
Juga naik menjadi 62OC
|
10
|
Naik dari 63OC Menjadi 67OC
|
Juga naik menjadi 64OC
|
15
|
Naik menjadi 68 OC
|
Naik menjadi 65OC
|
2.Analisis Pengamatan
Diketahui
: gr CO(= 5gram , Mr = 60 , kb= 0,52
Ditanya :
a).Λ Tb
b).BM
Jawab : a. Λ Tb = Tb larutan – Tb pelarut
= 68 OC - 65 OC
= 3 OC
b. BM =
(gr borax. 1000)/(gr air.ʌtb) kb
= (5.
1000)/(25.3).0,52
= (5000/75).0,52
= 34,7
gram
E. Pembahasan dan Kesimpulan
1. Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis
zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarutdalam
larutan. Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri. Larutan sendiri adalah campuran homogen yang terdiri atas dua komponen,
yaitu zat terlarut (solute) dan pelarut
(solvent). Pada larutan urea ,jumlah urea sebagai zat terlarut lebih sedikit dari pada jumlah aquades sebagai pelarut.
Sifat koligatif merupakan beberapa
sifat fisis larutan yang bergantung pada jumlah patikel zat terlarut, tetapi
tidak tergantung pada jenis zat terlarut tersebut. Kata koligatif berasal dari
bahasa latin Colligare yang berarti berkumpul bersama, hal ini
dikarenakan sifat koligatif bergantung pada pengaruh kebersamaan (kolektif),
semua partikel dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Suatu zat apapun,
jika melarut dengan memberikan jumlah partikel yang sama, maka larutannya akan
memperlihatkan sifat koligatif yang sama. Bila zat non elektrolit, dimasukkan
kedalam pelarut murni, maka akan merubah sifat-sifat larutan tersebut
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di
seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan
1atmosfer. Pada umumnya titik didih larutan lebih besar dari pada titik didih
pelarut. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di
sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (ΔTb).
Zat volatile dimasukkan zat lain maka tekanan uap pelarut menjadi lebih kecil. Karena jika dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang tidak mudah menguap dan membentuk suatu larutan,
maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, sedangkan sebagian lainnya dihalangi oleh zat terlarut.
2. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
a. Suhu dan waktu dalam memanaskan larutan menentukan kenaikan titik suatu larutan.
b. Pada waktu 0 menit , saat larutan (urea) dan pelarut (aquades) sama-sama menunjukkan suhu 27OC..
c. Dalam waktu 15 menittitik didih larutan maupun pelarut diamati tiap
5 menitnya dan hasilnya selalu mengalami kenaikan yang signifikan.
d. Dari menit ke 5-10 menunjukkan bahwa titik didih larutan (urea) sedikit lebih tinggi
di bandingkan titik didih pelarut (aquades).
e. Kenaikan titik didih larutan (urea) disebabkan oleh penurunan tekanan uap pelarut (aquades)
f. Kenaikan titik didih larutan (urea) adalah 0,4136OC
g. Sedangkan massa rumus zat pelarut (BM urea )
adalah gram
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 1998. www.chem.csustan.edu/chem/1102/rxent,htm.
Chang, Raymond. 1998. Chemistry
Fifth Edition. New York. McGraw-Hill.
Oxtoby,
David. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta. Erlangga.
Petrucci, H. 1997. Kimia
Dasar, Prinsip, dan Terapan Modern. Jakarta. Erlangga.
Prautami, S. 1998. Kimia.
Surakarta. Media Utama.
Sastrohamidjojo, 2001. Ilmu Kimia analitik Dasar, Gramedia,
Jakarta.
Syukri, 1999. Kimia Untuk Universitas. Gramedia. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar