SPEKTROFOTOKOPI UNTUK PENENTUAN KADAR PROTEIN
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Secara sederhana, definisi dari spektrofotometri adalah
pengukuran penyerapan energi cahaya suatu sistem kimia sebagai fungsi dari
panjang gelombang dan radiasi. Dalam percobaan, metode ini biasanya digunakan
untuk menentukan kadar Fe3+ dalam sampel. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer UV/Vis yang merupakan sebuah instrumen untuk mengukur
transmitansi atau absorbansi suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang (UV:
185–400 nm; Vis: 400–760 nm).
Beberapa istilah yang sering dipakai dalam
spektrofotometer adalah absorbansi, transmitan, kuvet, drive cell, dan
blangko. Absorbansi adalah daya radiasi sinar yang diserap oleh larutan
baik itu larutan baku maupun blangko, sedangkan transmitan adalah daya radiasi
sinar yang diteruskan atau yang keluar dari kuvet dan daya radiasi sinar yang
masuk ke dalam kuvet. Kuvet adalah tempat untuk meletakkan larutan, baik
larutan blangko maupun larutan baku, sedangkan Drive cell adalah tempat untuk
meletakkan kuvet. Keberadaan blangko berfungsi untuk mengoreksi adanya
sinar yang dipantulkan oleh kuvet dan sinar yang diserap oleh substituen lain.
Jika cahaya (radiasi
elektromaknetik mengenai suatu bahan maka sebagian energinya akan diserap oleh
molekul bahan sehingga elektro-elektronya menjadi teroksitasi ketingkat yang
lebih tinggi. Besar perbedaan tingkat energi ground state dengan tingkat energi tereksitasi untuk setiap molekul
tidak sama. Maka dari itu, panjang gelombang optimum yang dimiliki bahan yaitu
panjang gelombang dimana energi
yang dimiliki gelombang itu besarnya sama dengan yang dibutukan untuk
mengeksitesi electron-elektron bahan. Jumlah energi yang diserap sebanding dengan jumlah
materi bahan, sehingga spektrofotokopi dapat digunakan untuk uji yang bersifat
kuantitatif.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara II Spektrofotokopi untuk Penentuan
Kadar Protein ini bertujuan untuk menentukan kadar protein dengan
bantuan spektrofotometer.
3. Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum acara II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 November 2012 pada pukul 07.00 – 10.00 WIB di Laboratorium Biologi Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Puataka
Protein merupakan makromolekul polipeptida yang tersusun dari
sejumlah asam-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptide dan mempunyai
bobot molekul 5000 sampai berjuta-juta. Satu molekul protein disusun
oleh sejumlah asam amino tertentu dengan susunan tertentu pula dan bersifat
turunan (Aisyah, 1999).
Protein pada setiap bahan kadarnya berbeda-beda.
Pengukuran kadar protein suatu bahan sangat diperlukan karena erat kaitannya
dengan tingkat konsumsi manusia. Pengukuran kadar protein dengan menggunakan
metode Lowry adalah dasar dari penggunaan spektrofotometer. Metode ini dapat
mengukur kadar protein sampai dengan 5 mikrogam. Warna biru yang terjadi oleh
pereaksi Ciocalteau disebabkan reaksi antara protein dan Cu dalam larutan
alkalis dan terjasi reaksi garam fosfomoliddat oleh tirosin dan triptopan
(Ahmad, 1999).
Konsentrasi protein diukur berdasarkan atas optical
dencity pada panjang gelombang tertentu untuk mengetahui banyaknya protein
dalam larutan. Protein dengan garam fosfotungstat pada suasana alkalis akan
memberikan warna biru yang intensitasnya tergantung pada konentrasi protein
terteta (Arthur, 2001).
Kurva standart merupakan kurva alibrasi dari sederet
larutan standart larutan-larutan itu. Larutan itu sebaiknya mempunyai komposisi
cuplikan. Hasil tidak pernah didasarkan pada literature absortivitas molar.
(Polling, 1999).
Analisa Kedelai dapat dipakai
untuk menganalisis kadar protein dalam bahan makanan secara tidak langsung. Analisa ini dipakai untuk
mengetahui kadar protein dengan menggunakan asam sulfat pekat dengan katalis
selenium oksiklorida. Cara ini merupakan cara yang sederhana dan mudah
dilakukan (Basari, 1999).
C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
a. Tabung Reaksi
b. Rak Tabung reaksi
c. Pipet
d. Gelas Ukur
e. Pengaduk
f. Spektrofotometer
g. Stopwatch
2. Bahan
a. Larutan standart
BSA
b. Susu
c. Kedelai
d. Reagen D
e. Reagen E
f. Akuades
3. Cara
Kerja
a.
Memasukkan 1 ml sampel (larutan BSA) dan 2 ml sampel
kedelai ke dalam tabung reaksi yang berbeda sesuai dengan
konsentrasi yang ditentukan, tambahkan 1 ml reagen D dan gojog pada suhu
ruangan dan diamkan selama 15 menit.
b.
Menambahkan reagen E dan gojog segera, dan biarkan
selama 45 menit. ukur
absorbansinya pada 540 nm
D. Hasil dan Analisis Pengamatan
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 1.1 Pengukuran absorbansi larutan
standart BSA
Y (Absorbansi)
|
X (Konsentrasi)
|
0
|
0
|
0,055
|
0,2
|
0,097
|
0,4
|
0,131
|
0,6
|
0,177
|
0,8
|
0,219
|
1
|
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.2 Pengukuran absorbansi
sampel
Sampel
|
Y (Absorbansi)
|
Susu
|
0,203
|
Kedelai
|
0,119
|
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis
Hasil Pengamatan
a. Pengukuran Absorbansi Larutan BSA
a = 0,028 ,b = 4,665 ,r = 0,996
y = a + b
x
0 = 0,
028 + 4,665 x
-4,665x = 0, 028
x =
= -0,006
Kadar sampel =
x 100%
= x 100
= 0,12%
b. Penentuan besarnya konsentrasi sampel
Y = a + bx → Y = 0,028 + 4,665 x
Sampel Susu
Y = a + b x
0,203
= 0, 028 + 4,665 x
0,203-0,028 = 4,665x
x =
= 0,0375134
Sampel
Kedelai
Y = a + bx
0,119 = 0,0465 +
4,665x
0,091 = 4,665x
x =
= 0,0195
c. Penentuan
besarnya kadar protein pada masing-masing sampel :
Sampel Susu
Kadar
protein =
=
= 0,75%
Sampel
Kedelai
Kadar
protein =
=
= 0,39%
Gambar Grafik
0,203
0,119 -
0
0,02 0,04 x
Gambar 2.1 Grafik
Susu dan Kedelai
E. Pembahasan dan Kesimpulan
1. Pembahasan
Spektrofotometer
adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur absorbansi dengan
cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Berfungsi untuk
menentukan kadar protein pada suatu bahan atau sampel. Prinsip kerjanya yaitu
reaksi antar radiasi elektromagnetik dengan partikel bahan
Spektrofotokopi adalah cara analisis kimia yang populer. Yaitu spektrofotometer UV-VIS
yang berprinsip kerja reaksi antara radiasi elektromagnetik dengan partikel
bahan. Radiasi elektromagnetik berfungsi sebagai gelombang dan sebagai materi. Sebagai gelombang, yang
radiasi elektromagnetiknya mempunyai panjang gelombang tertentu yang membuatnya
dapat memberikan warna yang terlihat yaitu warna pelangi. Sebagai materi, gelombang
elektromagnetik mempunyai energi yang dapat berinteraksi dengan partikel bahan.
Jadi radiasi elektromagnetik adalah suatu gelombang elektromagnetik yang dapat
mengahasilkan warna pelangi dan mempunyai energi yang dapat berinteraksi dengan
sampel atau bahan.
Penentuan kadar protei menggunakan
metode lowry Folin Ciocalteu, menggunakan prinsip pereaksi Folin Ciocalteu yang
berwarna biru disebabkan reaksi antara protein Cu2+ dengan larutan alkalis dan
terjadi reduksi garam fosfofungsilat fosfomolibat oleh tirosin dan tripiopan
yang ada dalam protein. Untuk mengukur banyaknya protein dalam suatu bahan atau
larutan maka diperlukan kurva standar yang menggambarkan hubungan antara
konsentrasi dengan absorbansi pada panjang gelombang 540 nm.
2. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
spektrofotokopi untuk penentuan kadar protein dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Pada konsentrasi BSA diperoleh
persamaan garis regresi Y = 0,028 + 4,665X
b. Kadar protein tertinggi dari percobaan adalah
kadar protein dari susu 0,75%
c. Pembuatan kurva
standar dari larutan standar juga digunakan untuk menentukan kadar protein
sampel
d. Garis absorbansi larutan BSA dengan garis
absorbansi sampel berbanding lurus.
e. Nilai absorbansi sampel susu lebh besar dari
sampel kedele
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, 1997, Kimia
Dasar, Prinsip, dan Terapan Modern. Jakarta. Erlangga.
Aisyah, 1998. Kimia Untuk Universitas. Gramedia. Jakarta
Arthur, 1996.
Kimia Anorganik. Erlangga. Jakarta.
Basari, 1997.
Kimia Dasar. PT. Gunung Muria. Kudus.
Polling,
1996. Panduan Prantikum. CV. Manggala Offset. Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar